ARSITEKTUR BIOKLIMATIK
Definisi
Arsitektur Bioklimatik
Arsitektur Bioklimatik juga
dikatakan sebagai cabang dari arsitektur hijau (Green Architecture) yang
diterapkan dalam kota dengan mengedepankan sistim alami bagikebutuhan ventilasi
dan pencahayaan bangunan
Pendekatan desain arsitektur
bioklimatik dengan demikian mengandung keandalansebagai salah satu tipe desain
arsitektur yang hemat energi ditinjau dari penggunaanenergi saat pengoperasian
bangunan yang bersangkutan. Sebagai bagian dari kelompok eko-arsitektur,
maka tujuan dari arsitektur bioklimatik juga menghadirkan bangunan yangramah
lingkungan, diantaranya turut berperan serta dalam meredam efek rumah kacapada
lingkungan urban, misalnya melalui upaya pengurangan produksi gas CO2 dan CFCke
atmosfer.Dalam praktek proses perancangan arsitektur bioklimatik, digunakanlah diagrambioklimatik
sebagai bagian dari strategi teknik perancangan bangunan hemat energi.Kontrol
akan variabel iklim dalam koridor kenyamanan termis dilakukan melaluipenggunaan
diagram bioklimatik. Pada diagram tersebut tergambar area zona nyamantermis menurut
fungsi waktu harian, untuk kondisi rencana di dalam ruang maupunkeadaan di
ruang luarSejumlah negara, dalam rangka kebijaksanaan penghematan energi di
berbagai sektor,telah menerapkan rancangan arsitektur dengan pendekatan
bioklimatik sepertiCommerzbank di Frankfurt, NMB Bank Amsterdam, Audubon House
di New York,Centre International Rogier di Brussels.Di Lingkungan berikim
tropis lembab, penerapan desan arsitektur dengan pendekatanbioklimatik pada
kasus bangunan tinggi, diantaranya adalah hasil karya Ken Yeang yaituMenara
Mesiniaga setinggi 15 lantai di Kuala Lumpur yang mendapatkan Aga KhanAward of
Architecture pada Tahun 1995 dan Arcasia Award pada Tahun 1996.
Menurutperancangnya, Menara Mesiniaga ini mampu mencapai efisiensi hingga 80%.
Kenyamanan versus Hemat Energi
Dalam bidang perancangan arsitektur,
jaminan terhadap pencapaian standar kenyamanan,keselamatan dan keamanan di
dalam dan disekitar bangunan menjadi titik tolak kualitashasil rancangan.
Berkaitan dengan aspek penghematan energi bangunan, jeniskenyamanan yang
berhubungan adalah kenyamanan termis dan kenyamanan penerangan(pencahayaan).
Dalam pandangan umum, untuk mencapai kenyamanan termis danpencahayaan yang
memenuhi standar, seringkali kita dihadapkan pada kebutuhanpenggunaan perangkat
pengkondisian udara mekanik (AC) dan lampu. Pemakaian ACdan lampu jelas
dituntut memerlukan energi listrik yang cukup besar.Jadi dalam hal ini,
tantangan terhadap pendekatan arsitektur bioklimatik adalah untuk mencapai
optimasi hasil rancangan guna mendapatkan dua tujuan sekaligus yaitutercapainya
standar kenyamanan bagi pemakai bangunan dan hemat energi.
Arsitektur
Bioklimatik menghadapi Tuntutan Kenyamanan Penerangan
Kenyamanan penerangan bagi manusia
mengandung arti tercapainya kecukupan kuatpenerangan, tidak silau dan
kesesuaian warna yang terlihat. Jadi pada prinsipnyakenyamanan penerangan
adalah bergantung pada angka kuat penerangan dari sumbercahaya dan komponen
pendukungnya, posisi atau kedudukan dari sumber cahaya, sertaaspek pewarnaan
dan material permukaan lingkungan. Kuat penerangan (dalam satuanLux) untuk
berbagai jenis kegiatan (kebutuhan membaca, bekerja halus, bekerja
kasar,menggambar, dll) telah diatur angka standarisasinya di Indonesia
Pada
penerapan sistim pasif yang mengandalkan sumber cahaya siang hari, besarnya
kuatcahaya dalam ruang bersumber dari tiga komponen, yaitu komponen terang
langit (yanglangsung masuk melalui bukaan), komponen pemantulan dalam ruang,
dan komponanpemantulan dari ruang luar. Di iklim tropis, dimana terang langit
dapat mencapai 10.000Lux, maka peran dari bukaan/jendela pada bidang selubung
bangunan menjadi pentinguntuk mendapatkan kecukupan kuat cahaya yang masuk
secara langsung ke dalamruangan, serta peran dari warna dinding bagian dalam
yang menyumbangkan efek pemantulan cahaya dalam ruang, agar didapatkan
kuat penerangan secara merata.Dalam konteks pencahayaan alami siang hari,
dinding dan plafond ruang dalam yangdiberi warna mengarah ke warna putih, akan
mampu menyumbangkan sampai sekitar20% dari total kuat cahaya dalam ruang.
Sementara itu jenis permukaan dinding kayu(warna cokelat tua/agak gelap)
sebagaimana terdapat pada tipe rumah tradisional, hanyamampu memberi kontribusi
terang dalam ruang sebesar sekitar 5% saja
Apabilasumbangan dari pemantulan
dalam ruang, tidak mencukupi untuk mencapai standarkenyaman penerangan, maka
berdampak pada kebutuhan penambahan komponen lampu.Disini nampak terlihat bahwa
tidak selamanya, tipe arsitektur tradisional adalah mewakili jenis
bangunan hemat energi. Diperlukan suatu modifikasi desain pada rumah
tradisionaldengan tetap berdasar pada konsep arsitektur bioklimatik agar tujuan
konservasi energidapat tercapai.Pada sistim aktif, dimana diterapkan sistim
penerangan buatan, maka sasarannya adalahpada penerapan jenis lampu yang memiliki
spesifikasi luminasi dan daya listrik tertentu.Warna dan jenis permukaan
dinding hanya berpengaruh secara signifikan terhadap kuatpenerangan dalam ruang
apabila diterapkan teknik pencahayaan tidak langsung.Standarisasi terhadap
sistim penerangan buatan, selain diarahkan pada kecukupan angkakuat penerangan,
juga pada daya rata-rata/m2. Pada ruang-ruang hunian, misalnyadibatasi angka
maksimum 15 W/m2Perkembangan teknologi lampu hemat energitentu saja disambut
baik dalam kaitannya dengan pengembangan konsep arsitekturbioklimatik
Sumber: https://ekkydarmawan1.wordpress.com/2013/11/02/arsitektur-bioklimatik-hemat-energi-nyaman-dan-ramahlingkungan/