PENGALAMAN TENTANG ARSITEKTUR
ini
adalah kisah perjalanan karir seorang sarjana arsitektur. Dia mempunyai cita
cita menjadi Arsitek Ternama, di Jakarta dan Kaya. Ketika saatnya tiba, dia
berjuang keras mewujudkan impiannya untuk masuk jurusan Arsitektur melalui
berbagai testing masuk perguruan tinggi. Impian Terwujud, ketia Ia diterima di
perguruan tinggi favoritnya. Prestasinya semasa kuliah cukup menonjol, terutama
dalam memahami teori teori arsitektur dan studio perancangan. Hingga kurang
dari lima tahun, berkat semangat dan bakat yang dimiliknya, ia dinyatakan lulus
menjadi ARSITEK, dengan nilai yang sangat memuaskan. dari sinilah kisah
keprofesiannya berawal dan dijajal. dengan bangga dia sekarang merasa akan
menjadi Arsitek.. AKU SEORANG ARSITEK.
dengan
berbekal ijazah barunya, Sang Arsitek muda ini melamar ke berbagai biro
konsultan. mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar,.. sayangnya tidak
sesuai dengan kuliahnya; sudah hampir setahun menunggu tidak ada satupun
lamarannya yang gol,. kebanyakan biro biro tersebut mensyaratkan pengalaman
minimal dua tahun tanpa memberi kesempatan untuk menguji kemampuannya
"oh,. nasib seorang pemula" pikirnya.. apa yang sebenarnya menjadi
hambatan ??? TANYAKEN-APA?.. kurang pengalaman atau kurang koneksi?,... O
ya,mungkin ketenaga kerjaan kita memang harus punya KONEKSI (Nepotisme, istilah
kerennya)... dari pemikiran itulah, ia akhirnya menghubungi kakak kakak
kelasnya yang sudah lebih dulu bekerja,. ternyata benar juga, ada kakak kelas
yang bekerja pada biro konsultan yang sedang butuh drafter(tukang
gambar)...drafter?? pikirnya,.. "wah,.. sayang ijazahnya
dong?..pikirnya,.. tetapi setelah dipikir pikir lagi, daripada nganggur lebih
baik dicoba dulu,. berkat rekomendasi kakak kelasnya,. ia mulai bekerja sebagai
Drafter dengan gaji pas pasan,... karena semangat dan hhasil kerjanya, setapak
demi setapakkarirnya naik menjadi Junior Arsitek meskipun dengan gaji yang naik
sedikit di atas Drafter.,.. yang penting saat ini baginya adalah mencari
pengalaman kerja, tidak sekedar untuk melamar di tempat lain, tetapi untuk
lebih mengenal dunia Profesi Arsitek.. baik pengetahuan keteknikan, kebiroan
maupun keorganisasian.
lima
tahun sudah ia bekerja pada biro konsultan tersebut,. masih dengan gaji yang
pas pasan padahal tanggung jawabnya terus bertambah; dengan proyek mulai rumah
tinggal, perkantoran sampai Mall; baik proyek proyek milik swasta maupun gedung
gedung milik negara,.namun demikian kewenangannya masih sebatas produksi gambar
kerja saja, bwlum diberi kesempatan menuangkan gagasan (ide) dan konsep
perancangan,..karena hal itu masih menjadi porsi bos - bos atasannya saja yang
notabene rancangannya (desain) sebatas cari selamat, tunduk pada peraturan dan
hanya mengekor pada trend mode serta permintaan pemberi tugas,..tidak lebih
dari PENJAHIT pakaian,. bukan PERANCANG... memang ada segi positifnya, yakni
ilmu detail bangunannya lumayan bertambah,.. tapi apa ya mentok begini terus
karirnya? ditinjau dari pengalaman dan pendapatanyya,sepertinya pesimis untuk
meningkat.. timbul pertanyaan "apa ya begini nasib arsitek karyawan biro
konsultan?" kapan cita cita untuk menjadi Arsitek ternama dan kaya
(setidaknya hidup layak) bisa terwujud?... namanya yang tercantum pada gambar
kerja ternyata hanyalah formalitas (mengingat ia sudah punya SIBP dan menjadi
anggota IAI tentunya).. tapi dari segi proyek yang namanya fee Arsitek bila
dihitung pakai standart IAI ataupun Billing rate standart buku birunya Dep. PU
cukup lumayan, tapi gaji kok belum bisa dikatakan punya nilai lebih ya? ...
TANYAKEN-APA?.. ia belum berani untuk demo protes seperti aksi buruh, karena
belum cukup tahu seluk beluk bisnis konsultan dan belum punya bargaining power.
yang dia tahu hanya sebatas gambar bestek dan gambar presentasi,. karena semasa
kuliah belum pernah ada mata kuliah bisnis konsultan arsitekstur yang
mempelajari bisnis manajemen konsultan, ketenagakerjaan,. pemasaran,. tender
proyek,. pengelolaan proyek dan peraturan perundangan tentang jasa konstruksi
untunglah
kecintaannya pada profesi menjadikannya tetap semangat dan tidak mengurangi
kualitas kerja,. Justru dia terpacu untuk terus belajar dan memperkaya
pengalaman, pengetahuan dan keterampilan komputerisasi perancangan,. terutama
untuk memaksimalkan presentasi rancangannya,.. alhasil, ada saja teman, kerabat
maupun kenalan yang memberi pekerjaan perancangan diluar jam kerja (moon
lighting istilah kerennya).. lumayan, selain menambah pendapatan,. juga menjadi
sarana belajar bisnis pemasaran melalui karya karyanya.. Akhirnya, tibalah
saatnya dimana pekerjaan moonlightingnya justru lebih ramai dan menghasilkan
pendapatan yang melebihi gajinya... sudah barang tentu,. sebgaai dampaknya dia
kehabisan waktu dan tenaga,. karena siang dan malam terus bekerja.. yang
ditakutkan bukan saja kesehatannya,. tetapi hasil kerjanya bisa bisa kurang
maksimal,.. inilah yang membuka wawasannya untuk mulai berpikir mandiri,dan
menciptakan lapangan kerja sendiri,.. bukan semata mata ingin pendapatan lebih
tetapi karena profesi ini tidak bisa dilakukan setengah setenagh kalau ingin
maksimal,.. artinya,. dia harus memilih antara jadi pegawai atau menjadi
arsitek mandiri,.. Sampailah ia pada keputusan nekad untuk mengundurkan diri
pada perusahaan dimana ia bekerja dan bergabung dengan teman seprofesi yang
menajaknya untuk membentuk studio Arsitek (karena belum bisa disebut sebagai
biro konsultan).. kenapa hanya studio?kok tidak langsung sekalian bikin PT /
Badan hukum, kan lebih keren?..keputusan ini bukan tanpa alasan, atau takut,
tapi ada berbagai pertimbangan yang mendasai,. yaitu,.
1.
ibarat rumah tangga,. perlu waktu
berpacaran sebelum menikah,.. artinya,perlu waktu bagi Partnership untuk saling
menyesuaikan dan saling mengisi, apakah dengan si Partner bisa bekerja sama dan
bersinergi.. disini perlu adanya keterbukaan saling percaya dan seirama dalam
bekerja,.. daripada cerai setelah menikah, atau PT bubar jalan
2.
bila menikah menjadi suatu badan hukum,.
masing masing punya posisi siapa yang menjadi suami dan siapa yang menjadi
istri,. suami adalah pengendali dan pencari proyek,. dan si Istri didapur,
mengelola masakan berupa produk-produk jasa perancangan,. itu kalau sudah
saling cocok dan mantap
3.
Asset tenaga pasukan dan alat/modal
untuk bekerja diibaratkan anak yang kelak akan terus berkembang,. bahkan
mewarisi atau menggantikan posisi bila telah tiba waktunya.
Untunglah
,. ia punya partner yang lincah dan pandau "bergaul",. meskipun tidak
begitu ahli di "dapur".. mulai proyek rumah tinggal, interior, proyek
gedung gedung swasta, rumah ibadah sampai proyek gedung negara yang dibiayai
DIP bisa diraih,...caranya? ya win win solution,. artinya semua senang, si peng
hubung senang,. pemberi tugas senang,. si penghubung senang,. pengelola proyek
senang,. dan yang terutama dapur tetap ngebul walau tidak terlalu tebal,. artinya,ia
harus merelakan sebagian feenya untuk biaya win win solution,.. ini hanyalah
sedikit pengalaman, satu dari sekian banyak arsitek di negeri ini.